Qurban 2025 / 1446 H: Meraih Taqwa, Memperkuat Ukhuwah

Gema takbir segera berkumandang, menandakan kedatangan Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, yang Insya Allah jatuh pada sekitar bulan Juni 2025 Masehi. Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Haji atau Lebaran Kurban, membawa kita pada salah satu momen paling sakral dalam kalender Islam. Di jantung perayaan ini terdapat ibadah Qurban, sebuah ritual penyembelihan hewan ternak yang sarat akan makna spiritual, sejarah mendalam, dan fungsi sosial yang luar biasa.

Lebih dari sekadar tradisi tahunan, Qurban adalah manifestasi ketaatan hamba kepada Sang Pencipta, Allah SWT, sekaligus menjadi instrumen kuat untuk mempererat tali persaudaraan dan menebar kepedulian sosial. Artikel ini akan mengupas dimensi-dimensi penting ibadah Qurban, ditinjau dari perspektif agama Islam dan sentuhan filosofis, menjelang Idul Adha 1446 H / 2025 M.

Qurban: Puncak Ketaatan dan Simbol Kepasrahan (Perspektif Islam)

Kisah Qurban berakar dari peristiwa monumental yang melibatkan Nabi Ibrahim AS dan putranya, Nabi Ismail AS. Perintah Allah SWT kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih putra tercintanya merupakan ujian keimanan dan ketaatan yang teramat berat. Namun, dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan total, keduanya tunduk pada perintah Ilahi. Sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an (khususnya QS. As-Saffat: 102-107), saat pisau nyaris menyentuh leher Ismail AS, Allah SWT menggantinya dengan seekor domba (kibas) yang besar sebagai tebusan.

Peristiwa ini mengajarkan kita esensi utama dari ibadah Qurban:

  1. Taqwa (Ketaatan): Qurban adalah bukti nyata ketakwaan seorang Muslim, kesediaan untuk mengorbankan apa yang dicintai demi menjalankan perintah Allah SWT. Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 37: “Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.”  
  2. Kepasrahan (Tawakal): Meneladani Ibrahim AS dan Ismail AS, Qurban mengajarkan kita untuk berserah diri sepenuhnya kepada kehendak dan ketentuan Allah SWT.
  3. Syukur: Ibadah ini juga merupakan bentuk rasa syukur atas limpahan nikmat dan karunia yang telah Allah berikan, termasuk nikmat iman dan kehidupan.

Dengan melaksanakan Qurban setiap tahun pada Idul Adha 1446 H ini, kita tidak hanya mengikuti syariat, tetapi juga menghidupkan kembali spirit pengorbanan dan ketaatan para nabi.

Dimensi Sosial Qurban: Jembatan Kasih Sayang dan Solidaritas (Fungsi Sosial)

Ibadah Qurban tidak berhenti pada hubungan vertikal antara hamba dengan Tuhannya. Ia memiliki dimensi horizontal yang sangat kuat, yaitu fungsi sosial untuk mempererat hubungan antarmanusia. Hal ini terwujud melalui distribusi daging hewan qurban yang dianjurkan untuk dibagi menjadi tiga bagian:

  • Sepertiga untuk keluarga yang berqurban (shohibul qurban).
  • Sepertiga untuk dihadiahkan kepada kerabat, tetangga, dan sahabat.
  • Sepertiga untuk disedekahkan kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan.

Praktik ini membawa dampak sosial yang signifikan:

  1. Berbagi Kebahagiaan: Memastikan bahwa saudara-saudara kita yang kurang mampu dapat turut merasakan kebahagiaan Idul Adha dengan menikmati hidangan bergizi berupa daging.
  2. Memperkuat Ukhuwah: Menjadi sarana silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan (ukhuwah Islamiyah) antarwarga masyarakat.
  3. Mengurangi Kesenjangan: Berkontribusi dalam upaya pemerataan dan mengurangi kesenjangan sosial, meskipun bersifat sementara namun sangat bermakna.
  4. Menumbuhkan Empati: Mengasah kepekaan dan rasa empati terhadap kondisi sesama yang membutuhkan uluran tangan.

Di Idul Adha 1446 H nanti, semangat berbagi inilah yang perlu kita gaungkan bersama melalui pelaksanaan Qurban.

Makna Filosofis Qurban: Pengorbanan, Altruisme, dan Rasa Syukur

Di luar tinjauan syariat, Qurban juga menyimpan makna filosofis yang universal:

  1. Hakikat Pengorbanan: Qurban mengajarkan kita tentang nilai pengorbanan – melepaskan sesuatu yang berharga (harta untuk membeli hewan qurban) demi tujuan yang lebih mulia (ketaatan dan kepedulian). Ini adalah latihan spiritual untuk tidak terlalu terikat pada materi duniawi.
  2. Altruisme dan Solidaritas: Tindakan berbagi daging qurban adalah manifestasi nyata dari altruisme, yaitu mendahulukan kepentingan orang lain. Ini memperkuat nilai solidaritas kemanusiaan dan tanggung jawab kolektif.
  3. Kerendahan Hati dan Syukur: Mengingat kembali kisah Nabi Ibrahim AS dan menyadari nikmat Allah membuat kita lebih rendah hati dan bersyukur atas segala yang dimiliki. Ibadah qurban mengingatkan bahwa semua harta sejatinya adalah titipan Allah.

Penutup: Menyambut Idul Adha 1446 H dengan Semangat Qurban

Menjelang Hari Raya Idul Adha 1446 H / 2025 M, mari kita siapkan diri untuk menyambutnya dengan penuh keimanan dan semangat pengorbanan. Ibadah Qurban bukanlah sekadar ritual penyembelihan hewan, melainkan sebuah ibadah komprehensif yang menyentuh aspek spiritualitas terdalam (ketaatan kepada Allah) dan menggerakkan solidaritas sosial (kepedulian terhadap sesama).

Semoga kita semua diberikan kemampuan dan keikhlasan untuk melaksanakan ibadah Qurban tahun ini, meneladani Nabi Ibrahim AS, serta turut berkontribusi dalam menyebarkan kebahagiaan dan memperkuat persaudaraan di tengah masyarakat.

Selamat menyongsong Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah!

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *